salam jihad!!! para readers my bloq,.. mari kita sama sama membantu saudara kita semuslim yang ingin mengenal islam lebih dalam... please,.. luangkan sedikit waktu kita untuk mereka, sesibuk apapun kalian wassalam

Saturday, March 22, 2008

KAYU AJAIB

 KAYU AJAIB

Pada Zaman Bani Israel, ada seorang lelaki shalih yang hendak berdagang. Akan tetapi, dia tidak mempunyai modal. Akhirnya lelaki itu meminjam uang kepada seorang saudagar yang dikenal pemurah. Dia meminta pinjaman sebesar seribu dinar.
Karena jumlahnya sangat banyak, saudaga yang dipinjami uang itu berkata, “kau akan kupinjami uang, tetapi carilah orang yang akan menjadi penjaminmu. Jika kau tidak bias membayar, orang itu yang akan membayarnya!”
Lelaki shalih itu menjawab,
cukuplah Allah sebagai penjaminku.Allah Mahakaya dan Mahakuasa!
Saudaga itu lalu menukas,”kalau begitu, cailah saksi. Agar jika terjai apa apa dia bisa menjai saksi yang adil.”
Lelaki shalih itu menjawab.
cukuplah Allah sebagai saksiku. DiaMahamelihat dan Maha mengetahui.”
”kau benar.”
Lalu, Saudagar itu meminjamkan uang seribu dinar setelah membuat kesepakatan bahwa dalam waktu tiga bulan kemudian uang itu harus suah dikembalikan, karena uang itu akan digunakan.

***
Lalu lelaki shalih itu membelanjakan uang seribu dinarr untuk membeli baang barang dagangan. Dia hendak berdagang ke negri sebrang dengan menggunakan kapal. Setelah belayar behari hari, kapal itu sampai di negri sebrang dengan selamat. Di sana, dia mulai bedagang di sebuah pasar, dekat demaga. Dalam waktu satu bulan, dagangannya telah habis. Dia mendapatkan keuntungan besa, yaitu tiga kali lipat dari modalnya.
Setelah berkemas, dia mencari kapal ke dermaga. Namun, dia tiak menemukan kapal yang berlayar ke negrinya. Kemudian, dia teringat pada janjinya yang akan mengembalikan uang itu pada awal bulan. Waktunya tinggal empat hari. Sedangkan untuk sampai ke negrinya, dia memerlukan waktu empat hari. Dia bingung, seharusnya hari itu dia sudah mulai berlayar.
Lalu, dia teus bejalan sepanjang pantai untuk mencari nelayan yang bisa menantarkannya pulang ke negrinya. Akan tetapi, dia tiak menemukannya. Dia menangis dan bingung. Dia tidak ingin menghianati janjinya.
Akhirnya, dalam kesedihannya, dia melihat kayu itu dan membawanya ke penginapannya.
Dia lalu pergi ke pasa untuk membeli alat pelubang kayu. Kayu itu dia lubangi. Setelah itu dia menulis surat,
Saudaraku, aku tulis surat ini empat hari sebelum hari jatuh tempo pembayaran uang yang aku pinjam seperti yang telah kita sepakati dulu.Aku tidak tahu apakah surat ini sampai atau tiak.Aku sepenuhnya menyerahkan urusan ini kepaa Allah yang menjai penjaminku.
Saat ini, sebenarnya aku ingin berlaya pulang untuk mengantakan uang ini.Namun, itu tidak bisa dilakukan kaena tidak ada kapal yang berlayar ke negri kita adanya satu bulan lagi.Ini seribu dinar aku titipkan kepada Allah untuk disampaikan kepadamu melalui kayu ini.
Wassalam,

Sahabatmu
Lalu, dia memasukkan surat itu bersama uang seribu dirham. Surat dan uang itu dibungkusnya dengan dengan kantong yang tidak tembus air. Setelah itu, dia menggegaji kayu untuk menyupal lubang itu.Kemuian , dia memakunya kuat kuat.
Setelah semuanya selesai, dia pegi ke pantai untuk menghanyutkan kayu itu.
Ketika menghanyutkan kayu itu, dia berdoa, ”Ya Allah, Engkau tahu kalau aku meminjam uang seribu dianr kepada fulan. Dia bertanya padaku orang yang bisa menjadi jaminanku, dan aku menjawabnya’cukup Allahlah yang menjadi penjaminku.’Lalu, dia meminta saksi aku katakan,’cukup Allahlah yang menjadi saksiku.’ Dia pun ridha kau sebagai penjamin dan saksiku. Dia telah meminjamiku seribu dinar untuk dikembalikan dala jangka waktu yang telah itentukan. Aku berusaha sekuat tenaga untuk bisa pulangguna membayarkan hutang ini, tetapi tidak bisa karena tak ada kapal. Sekarang, aku titipkan uang seribu dina ini kepada-Mu untuk kau sampaikan kepadanya, tepat pada waktunya. Engkaulah Tuhan yang Mahakuasa.Amin.”
Lalu, dia menghanyutkan kayu itu ke laut. Dia hanya berdii diam di tepi pantai, sampai kayu itu hilang ditelan obak di tengah laut.
Pada hari yang telah dinantikan, saudagar yang memberi pinjaman itu, menanti di dermaga. Dia menanti datangnya kapal yang akan membawa orang yang telah dia pinjami uang seribu dinar. Dia ingin mengambil uangnya karena ada keperluan.
Biasanya, kapal itu datang pagi hari. Namun, pagi itu tidak ada kapal yang datang. Dia tunggu sampai siang, juga tidak datang. Lalu, dia menunggu sampai sore. Namun, tidak aa juga kapal yang muncul. Ia pun pasrah jika seandainya uang itu tidak kembali. Seandainya uang itu tidak kembali, dia niatkan sebagai seekah.
Sebelum pulang, dia melihat ada kayu terapung diterjang ombak di pantai. Daripada pulang tidak membawa hasil, dia memungut gelondongan kayu itu.

”Lumayan, bisa untuk kayu bakar di rumah,” pikirnya dalam hati.

Dia pun membawa kayu itu ke rumahnya.

Sampai di rumah, dia meletakkan kayu itu di dapur.

Melihat kayu gelondongan itu istrinya berkata, “sebaiknya di pecah pecah sekalian. Biar cepat kering dan besok bisa dipergunakan memasak.”
Lalu saudagar itu mengambil kapak dan memecah kayu itu. Begitu kayu dipecah, dia tercengang melihat kantong yang ada di dalamnya. Dia memungut kantong itu dan mengeluakan isinya. Ternyata, kantong itu berisi uang sebanyak seribu dinar an selembar surat.
Ia membaca surat itu dengan seksama. Dia terharu dan takjub. Seketika, dia menangis dan bersujud kepada Allah. Dia merasa, betapa maha kuasanya Allah. Allah tidak pernah mengecewakan hamba Nya yang bertawakal dan percaya sepenuh hati kepada-Nya. Surat itu datang dari sauaranya. Dia pun berdoa semoga saudaanya yang masih tetinggal di negi sebrang sehat wal’afiat dan mendapat rezeki yang lancar.
Satu bulan kemudian, lelaki shalih yang meminjam uang itu dadtang. Dia langsung menemui saudagar yang dulu meminjamkan uang kepadanya. Petama tama, dia meminta maaf karena datang terlambat sehingga terlambat pula membayar hutang. Lalu, dia menyodorkan uang seribu dinar.

Saudagar itu bekata, “ bukankah kau telah membayarnya?”

“Kapan?”

“Bukankah kau telah menitipkannya lewat sepotong kayu?”

Lalu saudagar itu menceitakan perihal kayu yang dia temukan; yang di alamnya aa uang seibu dina.
Mendengar ceitanya, lelaki shalih itu seketika bertasbih, “SubhanaAllah, Mahasuci Allah!”




No comments:

Ahlan W a Sahlan

Welcome..!

Google

hmm,..black blue nd red

hmm,..black blue nd red
its me

call me a.R.y

My photo
Jakarta, indonesia, Indonesia
simple,.. nothing special